Laporan Praktikum
UJI KANDUGAN URINE
MANUSIA
1.
Tujuan
-
Untuk mengetahui zat apa saja yang terkandung
dalam urine manusia
-
Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan dengan
melihat kandungan urine
2.
Dasar Teori
Proses pembentukan
urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan ini terjadi melalui serangkaian proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa
yang beracun), reabsorpsi (penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan
tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan lagi oleh
tubuh).
1)
Filtrasi.
Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi
di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam
kapsula Bowman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk ke nefron melalui
arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah relative
cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relative cukup
rendah. Kondisi ini terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan
ukurannya relative cukup pendek dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah
yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada saat itu, berliter-liter darah
didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.
Di glomerulus terdapat sel-sel endothelium kapiler yang
berpori (podosit), membrane basiler, dan epitel kapsula Bowman yang dapat
mempermudah proses filtrasi. Selain struktur glomerulus tersebut, factor lain yang
mempermudah proses filtrasi yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.
Permeabilitas membrane filtrasi ini 100-1000 kali lebih
permeable dibandingkan dengan permeabilitas kapiler pada jaringan lain. Pada proses
filtrasi ini, sel-sel darah, trombosit, dan sebagian besar protein plasma
disaring dan diikat agar tidak turut dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat kecil
terlarut dalam plasma darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian
dai endapan. Hasil saringan tersebut dinamakan urine primer (filtrate glomerulus).
Jadi, urine primer komposisinya masih serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein dan tidak mengandung elemen seluler, missal sel darah merah.
Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami
reabsorpsi.
2)
Reabsorpsi.
·
Reabsorpsi air
Pada keadaan normal, sekitar 99% air yang menembus membrane filtrasi akan
direabsorpsi sebelum mencapai ureter. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang
dilakukan secara pasif melalui proses osmosis. Perlu diketahui bahwa setiap
hari tubulus ginjal mereabsopsi lebih dari 178 liter air, 1200 gram garam, dan
150 gram glukosa.
·
Reabsorpsi zat tertentu
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transport aktif dan difusi.
Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu
ion Na+, K+, PO4-, NO3, Glukosa,
dan asam amino. Ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju
pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat karena
permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion natrium. Permeabilitas yang
tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mikrovili yang memperluas permukaan
tubulus. Proses reabsorpsi ini memerlukan energy dan dapat berlangsung terus
menerus.
·
Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu asam
amino, glukosa, asam asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat
merupakan sumber energy, sedangkan asam amino merupakan bahan pengganti sel
yang telah rusak. Zat – zat tersebut diabsorpsi secara aktif di tubulus
kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung henle. Pada
saluran menurun lengkung henle,
reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrate itu bergerak di sepanjang
tubula tersebut. Di saluran menurun ini, epitelium transport sangat permeable terhadap
air, tetapi sangat tidak permeable terhadap gram dan zat terlarut lainnya. Sebaliknya,
saluran menaik lengkung henle lebih permeable terhadap garam dan tidak permeable
terhadap air.
Setelah terjadi reabsorpsi di tubulus
kontortus proksimal dan sepanjang saluran lengkung henle, tubulus akan
menghasilkan urine sekunder. Pada urine sekunder ini zat-zat yang masih
diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism
yang bersifat racun akan bertambah, missal konsentrasi urea bertambah sebesar
0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2 % dalam urine sekunder.
3)
Augmentasi.
Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses
penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus
menyekresi ion H+, K+, NH3, urea, kreatinin,
dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian
menyatu dengan urine sekunder.
Penambahan ion hydrogen pada proses augmentasi sangat
penting untuk menjaga kesetimbangan PH dalam darah. Jika PH dalam darah mulai
turun, sekresi ion hydrogen akan meningkatsampai PH darah kembali normal
(7,3-7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki PH sekitar 4,5 – 7,5. Selain itu,
pada tahap augmentasi ini berlangsung proses pembersihan zat-zat dari dalam
tubuh. Dari proses augmentasi ini akan dihasilkan urine sesungguhnya. Urine yang
terbentuk akan disimpan sementara di kandung kemih. Setelah itu akan
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan yaitu
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu
yang memberi warna pada urine.
3.
Variabel
-
Bebas :
Bnedic, Biuret, AgNO3 dan PH universal
-
Manipulasi :
Urine
-
Respon :
perubahan warna, aroma, dan endapan
4.
Alat dan Bahan
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung reaksi
-
Korek api
-
PH universal
-
Larutan biuret
-
Larutan benedic
-
Penjepit tabung reaksi
-
Pembakar spiritus
-
Larutan AgNO3
-
Beaker gelas
-
Urine
5.
Langkah kerja
1)
Mengukur PH urine
-
Masukkan urine ke dalam beaker glass sebanyak 40
ml
-
Masukkan kertas indicator pH universal sampai
tercelup semua
-
Angkat kertas PH universal, cocokkan dengan
trayek PH
-
Tulis hasil pengamatan
2)
Mengetahui kandungan NH3
-
Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak
20 ml
-
Nyalakan pembakar spiritus
-
Jepit tabung reaksi dengan penjepit dan goyang –
goyang kan di atas api spiritus sampai mengeluarkan gelembung
-
Ciumlah aroma yang dihasilkan
-
Catatlah hasil pengamatan
3)
Mengetahui kandungan garam
-
Masukkan urine ke dalam tabung rekasi sebanyak
20 ml
-
Masukkan 6 tetes larutan AgNO3 dan
goyang-goyangkan sampai tercampur
-
Biarkan beberapa menit
-
Tulis hasil pengamatan
4)
Mengetahui kandungan glukosa
-
Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak
20 ml
-
Masukkan 8 tetes benedic
-
Nyalakan pembakar spiritus
-
Jepit tabung dengan penjepit dan panaskan di
atas api spiritus sampai bergelembung
-
Amati perubahan yang terjadi
-
Tulis hasil pengamatan
5)
Mengetahui kandungan protein
-
Masukkan 20 ml urine ke dalam tabung reaksi
-
Masukkan 8 tetes larutan biuret
-
Goyang-goyangkan sampai tercampur
-
Amati dan tulis hasil pengamatan
6.
Data Hasil Pengamatan
No.
|
Mengetahui
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Gambar
|
|
1
|
PH
|
Indikator
universal
|
6
|
|
|
2
|
NH3
|
Urine
+ panas
|
Bau
khas ammonia
|
|
|
3
|
Garam
|
Urine
+ AgNO3
|
Terdapat
endapan warna putih
|
|
|
4
|
Glukosa
|
Urine
+ benedic + panas
|
Tidak
berubah warna
|
|
|
5
|
Protein
|
Urine
+ biuret
|
Tidak
berubah warna
|
|
|
7.
Analisa Data
Sesuai dengan
hasil percobaan di atas. Urine sampel memiliki nilai PH 6 yang berarti normal. Memiliki
endapan putih saat di reaksikan dengan AgNO3 yang berarti terdapat
kandungan garam. Memiliki bau khas ammonia karena mengandung NH3.
Juga dalam urine sampel tidak ditemukan adanya glukosa dan protein yang
mengindikasikan saluran ginjal naracoba normal tidak mengalami
gangguan/kelainan.
8.
Kesimpulan
Urine sampel
naracoba pada kelompok kami normal. Tidak terdapat gangguan pada ginjal dan
alat ekskresi lainnya.
Normalnya urine
memiliki PH 4,5 -7,5, berbau khas ammonia, memiliki kandungan garam dan tidak
memiliki kandungan protein dan glukosa.