Minggu, 13 April 2014

var popunder = true;
Laporan Praktikum
UJI KANDUGAN URINE MANUSIA

1.       Tujuan
-          Untuk mengetahui zat apa saja yang terkandung dalam urine manusia
-          Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan dengan melihat kandungan urine

2.       Dasar Teori
Proses pembentukan urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan ini terjadi melalui serangkaian  proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa yang beracun), reabsorpsi (penyerapan kembali zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh).
1)      Filtrasi.
Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula Bowman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah relative cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relative cukup rendah. Kondisi ini terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya relative cukup pendek dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.
Di glomerulus terdapat sel-sel endothelium kapiler yang berpori (podosit), membrane basiler, dan epitel kapsula Bowman yang dapat mempermudah proses filtrasi. Selain struktur glomerulus tersebut, factor lain yang mempermudah proses filtrasi yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic.
Permeabilitas membrane filtrasi ini 100-1000 kali lebih permeable dibandingkan dengan permeabilitas kapiler pada jaringan lain. Pada proses filtrasi ini, sel-sel darah, trombosit, dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak turut dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat kecil terlarut dalam plasma darah seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dai endapan. Hasil saringan tersebut dinamakan urine primer (filtrate glomerulus). Jadi, urine primer komposisinya masih serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein dan tidak mengandung elemen seluler, missal sel darah merah. Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami reabsorpsi.

2)      Reabsorpsi.
·         Reabsorpsi air
Pada keadaan normal, sekitar 99% air yang menembus membrane filtrasi akan direabsorpsi sebelum mencapai ureter. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal yang dilakukan secara pasif melalui proses osmosis. Perlu diketahui bahwa setiap hari tubulus ginjal mereabsopsi lebih dari 178 liter air, 1200 gram garam, dan 150 gram glukosa.

·         Reabsorpsi zat tertentu
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transport aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3, Glukosa, dan asam amino. Ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion natrium. Permeabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mikrovili yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorpsi ini memerlukan energy dan dapat berlangsung terus menerus.

·         Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu asam amino, glukosa, asam asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energy, sedangkan asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat – zat tersebut diabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung henle. Pada saluran menurun lengkung henle, reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrate itu bergerak di sepanjang tubula tersebut. Di saluran menurun ini, epitelium transport sangat permeable terhadap air, tetapi sangat tidak permeable terhadap gram dan zat terlarut lainnya. Sebaliknya, saluran menaik lengkung henle lebih permeable terhadap garam dan tidak permeable terhadap air.
Setelah terjadi reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dan sepanjang saluran lengkung henle, tubulus akan menghasilkan urine sekunder. Pada urine sekunder ini zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolism yang bersifat racun akan bertambah, missal konsentrasi urea bertambah sebesar 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2 % dalam urine sekunder.

3)      Augmentasi.
Augmentasi atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus menyekresi ion H+, K+, NH3, urea, kreatinin, dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine sekunder.
Penambahan ion hydrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjaga kesetimbangan PH dalam darah. Jika PH dalam darah mulai turun, sekresi ion hydrogen akan meningkatsampai PH darah kembali normal (7,3-7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki PH sekitar 4,5 – 7,5. Selain itu, pada tahap augmentasi ini berlangsung proses pembersihan zat-zat dari dalam tubuh. Dari proses augmentasi ini akan dihasilkan urine sesungguhnya. Urine yang terbentuk akan disimpan sementara di kandung kemih. Setelah itu akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu yang memberi warna pada urine.

3.       Variabel
-          Bebas            : Bnedic, Biuret, AgNO3 dan PH universal
-          Manipulasi  : Urine
-          Respon         : perubahan warna, aroma, dan endapan
4.       Alat dan Bahan
-          Tabung reaksi
-          Rak tabung reaksi
-          Korek api
-          PH universal
-          Larutan biuret
-          Larutan benedic
-          Penjepit tabung reaksi
-          Pembakar spiritus
-          Larutan AgNO3
-          Beaker gelas
-          Urine

5.       Langkah kerja
1)      Mengukur PH urine
-          Masukkan urine ke dalam beaker glass sebanyak 40 ml
-          Masukkan kertas indicator pH universal sampai tercelup semua
-          Angkat kertas PH universal, cocokkan dengan trayek PH
-          Tulis hasil pengamatan
2)      Mengetahui kandungan NH3
-          Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 20 ml
-          Nyalakan pembakar spiritus
-          Jepit tabung reaksi dengan penjepit dan goyang – goyang kan di atas api spiritus sampai mengeluarkan gelembung
-          Ciumlah aroma yang dihasilkan
-          Catatlah hasil pengamatan
3)      Mengetahui kandungan garam
-          Masukkan urine ke dalam tabung rekasi sebanyak 20 ml
-          Masukkan 6 tetes larutan AgNO3 dan goyang-goyangkan sampai tercampur
-          Biarkan beberapa menit
-          Tulis hasil pengamatan
4)      Mengetahui kandungan glukosa
-          Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 20 ml
-          Masukkan 8 tetes benedic
-          Nyalakan pembakar spiritus
-          Jepit tabung dengan penjepit dan panaskan di atas api spiritus sampai bergelembung
-          Amati perubahan yang terjadi
-          Tulis hasil pengamatan
5)      Mengetahui kandungan protein
-          Masukkan 20 ml urine ke dalam tabung reaksi
-          Masukkan 8 tetes larutan biuret
-          Goyang-goyangkan sampai tercampur
-          Amati dan tulis hasil pengamatan

6.       Data Hasil Pengamatan

No.
Mengetahui
Perlakuan
Hasil
Gambar

1
PH
Indikator universal
6
PH URINE

2
NH3
Urine + panas
Bau khas ammonia

MEMBAU URINE

3
Garam
Urine + AgNO3
Terdapat endapan warna putih
ENDAPAN AGCL

4
Glukosa
Urine + benedic + panas
Tidak berubah warna

5
Protein
Urine + biuret
Tidak berubah warna



7.       Analisa Data
Sesuai dengan hasil percobaan di atas. Urine sampel memiliki nilai PH 6 yang berarti normal. Memiliki endapan putih saat di reaksikan dengan AgNO3 yang berarti terdapat kandungan garam. Memiliki bau khas ammonia karena mengandung NH3. Juga dalam urine sampel tidak ditemukan adanya glukosa dan protein yang mengindikasikan saluran ginjal naracoba normal tidak mengalami gangguan/kelainan.

8.       Kesimpulan
Urine sampel naracoba pada kelompok kami normal. Tidak terdapat gangguan pada ginjal dan alat ekskresi lainnya.
Normalnya urine memiliki PH 4,5 -7,5, berbau khas ammonia, memiliki kandungan garam dan tidak memiliki kandungan protein dan glukosa.

0 komentar: